Tarif AS ke China Naik Jadi 145%, Wall Street Terguncang.

Tarif AS atas impor China naik menjadi 145%, memicu kekhawatiran resesi global.
Inflasi AS turun, tapi efek tarif diperkirakan akan mendorong inflasi kembali naik.
Indeks S&P 500 ditutup melemah pada Kamis setelah Gedung Putih mengonfirmasi bahwa tarif terhadap impor China kini mencapai 145%, memicu kekhawatiran meningkatnya perang dagang yang dapat merusak ekonomi global. Indeks Dow Jones turun 1.015 poin (2,5%), S&P 500 anjlok 3,5%, dan Nasdaq terkoreksi 4,3%. China membalas dengan menaikkan tarif impor AS menjadi 84%, naik dari 34% sehari sebelumnya, sementara China juga menegaskan kesediaan berdialog namun menolak tekanan sepihak.
Meskipun data CPI AS bulan Maret menunjukkan inflasi lebih lemah dari perkiraan—dengan kenaikan tahunan sebesar 2,4% dan penurunan bulanan 0,1%—pasar tetap cemas karena angka tersebut belum mencerminkan dampak dari tarif baru Trump. Presiden Bank Fed Boston, Susan Collins, menyebut ketidakpastian tarif sebagai hambatan dalam menentukan arah suku bunga. Investor khawatir tarif dapat mendorong inflasi di atas 3% dan memperlambat pertumbuhan, sehingga membuat kebijakan moneter semakin sulit.
Di sektor korporasi, saham Constellation Brands naik tipis meski memperkirakan laba di bawah ekspektasi akibat tekanan tarif pada bisnis bir dan minuman keras mereka. Sebaliknya, saham CarMax anjlok 17% setelah hasil laba kuartalan mengecewakan. Di pasar valas, Dolar AS (DXY) terus melemah ke kisaran 101, tertekan oleh prospek inflasi lebih tinggi akibat tarif, sementara indikator teknikal menunjukkan tekanan jual masih dominan.
Analisis Pengaruh Terhadap Indeks Saham AS:
- Tarif 145% terhadap China memicu kekhawatiran bahwa inflasi akan melonjak ke atas 3%, tapi tidak diimbangi dengan pertumbuhan ekonomi.
- Data CPI menunjukkan pelemahan inflasi, yang semestinya mendorong Dolar naik karena peluang rate cut mengecil, namun data itu belum mencakup dampak tarif baru.
- Komentar pejabat The Fed mengindikasikan risiko ekonomi makin besar akibat ketidakpastian tarif, yang membuat arah kebijakan moneter semakin sulit diprediksi.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga indeks saham AS melemah.
Analisis Pengaruh Terhadap Indeks Saham AS:
Lonjakan tarif terhadap China dan aksi balasan dari China meningkatkan risiko perang dagang berkepanjangan, yang bisa mendorong dunia ke ambang resesi.
Penurunan tajam indeks: S&P 500 -3,5%, Nasdaq -4,3%, Dow -2,5% menandakan kepanikan pasar.
Revisi turun proyeksi pertumbuhan China oleh Goldman Sachs → sentimen global ikut tertekan.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga indeks saham AS melemah.
Emas Cetak Rekor Baru di Tengah Kekacauan Pasar dan Perang Dagang.

Emas cetak rekor baru $3.175/oz, didorong kekhawatiran perang dagang dan jatuhnya Dolar AS.
Wall Street tumbang lebih dari 5% akibat lonjakan tarif dan kekhawatiran resesi.
Harga emas melonjak tajam pada Kamis, mencetak rekor tertinggi baru di level $3.175 per troy ounce di tengah jam perdagangan Amerika. Kenaikan ini terjadi seiring jatuhnya Dolar AS setelah Gedung Putih menegaskan tarif terhadap impor China kini mencapai 145%, menghidupkan kembali kekhawatiran perang dagang yang merusak sentimen pasar.
Ketegangan dagang meningkat setelah Trump pekan lalu mengumumkan tarif balasan besar-besaran, yang sempat ditangguhkan sebagian pada Rabu. Namun, optimisme pasar tidak bertahan lama karena China merespons dengan tarif 84% terhadap barang AS. Kondisi ini memicu kekhawatiran potensi resesi di AS, yang tercermin dalam aksi jual besar-besaran di Wall Street.
Sementara itu, data CPI AS bulan Maret menunjukkan inflasi melandai lebih dari perkiraan, memberi ruang bagi The Fed untuk tetap bersikap hati-hati dalam kebijakan suku bunga. Namun dengan ancaman perlambatan ekonomi dan gejolak harga, pasar mulai memperhitungkan kemungkinan pengetatan kebijakan ke depan. Indeks Dow Jones anjlok sekitar 4%, sementara Nasdaq dan S&P 500 turun lebih dari 5%.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Emas:
Emas menyentuh level tertinggi sepanjang masa di $3.175/oz, menunjukkan lonjakan permintaan safe haven.
- DXY jatuh karena ketidakpastian akibat perang dagang yang kembali memanas dan ekspektasi kebijakan The Fed yang lebih dovish.
- Lonjakan tarif dan respons China memicu kekhawatiran resesi, mendorong investor masuk ke aset lindung nilai seperti emas.
Secara keseluruhan berpengaruh harga emas menguat.
Harga Minyak Anjlok Akibat Lonjakan Tarif dan Kekhawatiran Resesi.

Harga minyak turun lebih dari 3% akibat eskalasi perang dagang AS-China.
Data stok dan ekspor menunjukkan permintaan melemah, menekan prospek harga minyak.
Harga minyak anjlok lebih dari $2 per barel pada Kamis, menghapus seluruh kenaikan sesi sebelumnya. Penurunan terjadi setelah investor kembali fokus pada memburuknya perang dagang antara AS dan China, meskipun Presiden Trump sempat menjeda tarif besar terhadap sejumlah mitra dagang. Namun, justru tarif terhadap China dinaikkan menjadi 145%, dan China membalas dengan bea masuk 84%.
Ketegangan perdagangan meningkatkan kekhawatiran terhadap permintaan minyak global, terutama dari China, yang selama ini merupakan salah satu pembeli utama minyak mentah AS. Data menunjukkan ekspor minyak AS ke China merosot menjadi hanya 112.000 barel per hari pada Maret, hampir separuh dari tahun sebelumnya. Di saat yang sama, stok minyak mentah AS naik 2,6 juta barel minggu lalu, jauh di atas ekspektasi pasar.
Dilansir dari investing, lembaga EIA memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global dan permintaan minyak untuk tahun ini dan tahun depan. Analis memperingatkan bahwa tarif yang terus meningkat akan menekan permintaan dan memperbesar risiko resesi AS, sehingga membatasi potensi kenaikan harga minyak dalam waktu dekat.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Minyak:
Tarif AS terhadap China naik jadi 145%, dibalas oleh tarif 84% dari China → memicu kekhawatiran pelemahan permintaan minyak global, terutama dari China sebagai konsumen utama.
Stok minyak AS naik 2,6 juta barel, melebihi ekspektasi → sinyal kelebihan pasokan.
Ekspor minyak AS ke China anjlok, menunjukkan lemahnya permintaan internasional.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga minyak melemah.
Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini
Terdapat laporan data fundamental dari Inggris, Eropa dan AS hari ini yaitu:
GDP (Gross Domestic Product / Produk Domestik Bruto) MoM (Month-over-Month)
Definisi: Ukuran total nilai barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara dalam periode 1 bulan dibandingkan bulan sebelumnya.
German CPI (Consumer Price Index / Indeks Harga Konsumen) MoM
Definisi: Mengukur perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi rumah tangga dari bulan ke bulan.
PPI (Producer Price Index / Indeks Harga Produsen) MoM
Definisi: Mengukur perubahan harga barang dan jasa yang dijual oleh produsen dari bulan ke bulan. Ini indikator awal inflasi.
Dari agenda tersebut dapat mendorong perubahan harga signifikan dan sentimen terhadap GBP, EUR dan USD.
Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.
Data GDP rilis lebih tinggi dari forecast positif/optimis untuk GBP. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forecast negatif/pesimis untuk GBP.
Data CPI rilis lebih tinggi dari forecast positif/optimis untuk EUR. Sedangkan data rilis lebih tinggi dari forecast negatif/pesimis untuk EUR.
Data PPI rilis lebih tinggi dari forecast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih tinggi dari forecast negatif/pesimis untuk USD.
Perkiraan :
GBP
GDP rilis lebih tinggi dari data sebelumnya
EUR
CPI rilis lebih rendah dari data sebelumnya
USD
PPI rilis lebih tinggi dari data sebelumnya