DJIA Terjun Bebas 500 Poin, Pasar Gelisah di Tengah Risiko Resesi dan Harapan Penurunan Suku Bunga.

  • Kekhawatiran mengenai tanda-tanda disinflasi dan perlambatan pasar tenaga kerja di AS mulai diperhitungkan oleh para pelaku pasar.
  • Sikap hati-hati Federal Reserve.

Dow Jones Industrial Average (DJIA) merosot 500 poin pada hari Kamis setelah angka-angka ekonomi yang mengecewakan memperingatkan pasar tentang risiko nyata dari penurunan ekonomi AS yang dapat berujung pada pendaratan keras. Keuntungan jangka pendek yang muncul dari harapan penurunan suku bunga segera sirna, karena investor berjuang menyeimbangkan ekspektasi terhadap data lemah yang bisa memicu siklus penurunan suku bunga baru dari Federal Reserve (Fed) dan potensi resesi besar-besaran.

Klaim Pengangguran Awal AS untuk minggu yang berakhir pada 26 Juli meningkat menjadi 249 ribu, melebihi perkiraan 236 ribu, sementara Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur ISM bulan Juli turun ke level terendah delapan bulan di 46,8. Meskipun Harga Manufaktur yang Dibayar ISM naik menjadi 52,9, data tersebut menunjukkan bahwa harga input untuk produsen masih meningkat meski aktivitas menurun.

Data Nonfarm Payrolls (NFP) yang akan dirilis pada hari Jumat menjadi fokus utama pasar, dengan perkiraan penurunan jumlah pekerjaan menjadi 175 ribu dan Pendapatan Per Jam Rata-rata diperkirakan tetap stabil di 0,3% MoM.

Pasar berada di ujung tanduk, dengan penurunan angka-angka ekonomi menekan ekspektasi penurunan suku bunga lebih jauh. Menurut FedWatch Tool dari CME, trader memperkirakan peluang 100% untuk penurunan suku bunga seperempat poin dari Fed pada 18 September. Namun, penurunan yang terlalu besar dapat merusak sentimen pasar, mengingat skenario pendaratan keras yang mengancam, sehingga investor terjebak dalam dilema antara harapan penurunan suku bunga dan kekhawatiran akan resesi.

Arah fundamental cenderung melemahkan harga indeks saham AS saat ini.

Emas Tertekan, Dolar AS Menguat di Tengah Ancaman Resesi dan Ketegangan Geopolitik.

  • Ketegangan geopolitik dan potensi penurunan suku bunga.
  • Laporan tentang kontraksi dalam sektor manufaktur menunjukkan bahwa pasar cenderung lebih menghindari risiko.

Harga emas mengalami penurunan selama sesi perdagangan di Amerika Utara, setelah mencapai level terendah $2.430 dan tertinggi $2.462, seiring dengan penguatan Dolar AS. Pemulihan Greenback terjadi setelah data menunjukkan kontraksi dalam aktivitas bisnis sektor manufaktur dan pasar tenaga kerja AS yang lemah, dengan XAU/USD diperdagangkan di $2.438, turun 0,35%.

Pasar keuangan beralih menjadi penghindar risiko menyusul laporan dari Institute for Supply Management (ISM) yang mengindikasikan bahwa aktivitas manufaktur pada bulan Juli jatuh ke tingkat resesi, mencatat angka terendah sejak Desember 2023. Kekhawatiran bahwa Federal Reserve tertinggal dalam responsnya semakin meningkat, terlihat dari anjloknya ekuitas AS antara 1,56% dan 3,27% serta penurunan tajam imbal hasil obligasi Treasury AS, yang semakin memperkuat daya tarik logam mulia dan Dolar AS sebagai aset aman.

Data terbaru dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS) menunjukkan peningkatan jumlah pengajuan tunjangan pengangguran, melampaui ekspektasi ekonom. Meskipun demikian, pejabat Fed tetap skeptis terhadap proses disinflasi dan memerlukan lebih banyak data sebelum mengambil keputusan.

Risiko geopolitik juga mendorong harga logam mulia, dengan ketegangan di Timur Tengah meningkat setelah serangan Hizbullah terhadap Israel dan balasan Israel yang mengakibatkan tewasnya pejabat senior Hamas dan Hizbullah.

Dengan laporan Nonfarm Payrolls bulan Juli yang akan dirilis pada hari Jumat, perhatian pasar tertuju pada potensi pelonggaran suku bunga yang diperkirakan mencapai 80 basis poin (bps) menjelang akhir tahun 2024.

Arah fundamental cenderung melemahkan harga emas saat ini.

Harga Minyak Turun Drastis, Fokus Beralih ke Permintaan dan Risiko Geopolitik.

  • Penurunan harga minyak disebabkan oleh kekhawatiran mengenai permintaan yang melemah dan ketidakpastian di pasar.
  • Faktor geopolitik yang dapat mempengaruhi pasokan, seperti serangan di Laut Merah.

Harga minyak jatuh lebih dari $1 pada hari Kamis, dengan pasokan global tampak tidak terpengaruh oleh ketegangan terbaru di Timur Tengah setelah terbunuhnya pemimpin Hamas di Iran. Investor kembali memusatkan perhatian pada kekhawatiran permintaan, menyebabkan minyak mentah Brent ditutup turun $1,32 atau 1,6% di $79,52 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS merosot $1,60 atau 2,1% menjadi $76,31.

Pada sesi sebelumnya, kedua acuan minyak sempat melonjak sekitar 4% akibat kekhawatiran tentang kemungkinan konflik yang lebih luas. Namun, Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial, menyatakan bahwa pasar mulai beralih fokus dari isu geopolitik ke permintaan global untuk minyak mentah, mengingat belum ada gangguan pasokan yang signifikan.

Sementara itu, kekhawatiran tetap ada terkait potensi gangguan, terutama di jalur pengiriman minyak. Militan Houthi yang didukung Iran telah menyerang kapal-kapal di Laut Merah, memaksa kapal tanker memilih rute yang lebih panjang. Pertemuan OPEC+ juga memutuskan untuk mempertahankan kebijakan produksi yang ada, termasuk rencana untuk menghentikan satu lapis pemotongan produksi mulai Oktober.

Dalam jangka panjang, ketidakpastian mengenai permintaan dari Tiongkok membatasi potensi kenaikan harga minyak. Survei sektor swasta menunjukkan aktivitas manufaktur China menyusut untuk pertama kalinya dalam sembilan bulan. Di sisi lain, penurunan suku bunga oleh Bank of England dan kemungkinan pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve dapat merangsang aktivitas ekonomi dan meningkatkan permintaan minyak.

Arah fundamental cenderung melemahkan harga minyak mentah saat ini.

Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini

ECONOMIC CALENDAR
Real Time Economic Calendar provided by Investing.com.

Terdapat perilisan data fundamental dari USD hari ini yaitu :

  1. Average Hourly Earnings (AHE) merupakan indikator ekonomi yang mengukur perubahan rata-rata pendapatan per jam bagi pekerja di sektor nonpertanian di AS.
  2. Nonfarm Payrolls mengukur perubahan jumlah pekerjaan di sektor nonpertanian, termasuk sektor pemerintah dan sektor swasta. Data ini memberikan gambaran umum tentang kondisi tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi di AS.
  3. Data Unemployment Rate mengukur persentase tingkat pengangguran di AS.

Dari agenda tersebut dapat memberikan dorongan harga untuk mata uang USD hari ini.

Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.

Data Average Hourly Earnings rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk USD.

Data Nonfarm Payrolls rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk USD.

Data Unemployment Rate rilis lebih tinggi dari forcast negatif/pesimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast positif/optimis untuk USD.

Perkiraan : 

Data Average Hourly Earnings (MoM) (Jun) di rilis sesuai dengan data sebelumnya.

Data Nonfarm Payrolls (Jul) di rilis lebih rendah dari data sebelumnya.

Data Unemployment Rate (Jul) di rilis sesuai dengan data sebelumnya.

Share on: