Dolar AS Menguat ke Level Tertinggi dalam Dua Tahun di Tengah Kebijakan Moneter Global.

  • Dolar mencapai level tertinggi dua tahun, didukung oleh kebijakan Federal Reserve yang lebih lambat dalam melonggarkan suku bunga dan data PDB AS yang tumbuh 3,3% secara tahunan, melampaui ekspektasi.

  • Wall Street tertekan akibat prospek suku bunga tinggi yang berkepanjangan, dengan sektor teknologi mengalami kerugian besar meskipun Dow Jones mencatat kenaikan tipis.

Dolar AS terus melayang mendekati level tertinggi dua tahun pada Kamis, didorong oleh keputusan Federal Reserve yang memangkas suku bunga namun mengisyaratkan pelonggaran moneter yang jauh lebih lambat pada tahun 2025. Penguatan greenback juga diperkuat oleh data PDB kuartal ketiga AS yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi sebesar 3,3% secara tahunan, melebihi ekspektasi sebelumnya. Di sisi lain, yen melemah setelah Bank of Japan mempertahankan suku bunga tetap, mencerminkan perbedaan kebijakan moneter yang semakin melebar antara kedua negara. Indeks dolar mencapai puncak di 108,480, melampaui level tertinggi sebelumnya sejak November 2022.

Kondisi perdagangan global tetap berombak dengan volume tipis menjelang liburan, sementara mata uang lain mencoba pulih dari tekanan dolar. Data klaim pengangguran AS yang turun menjadi 220.000 juga mendukung pendekatan hati-hati Federal Reserve dalam menavigasi kebijakan suku bunga. Analis UBS, Vassili Serebriakov, menyatakan bahwa penguatan dolar kemungkinan berlanjut karena pasar belum sepenuhnya memperhitungkan implikasi tarif AS. Keputusan bank sentral, termasuk langkah agresif Fed dan penahanan suku bunga oleh Bank of Japan, menjadi faktor utama penggerak pasar.

Pasar saham AS mencatat hasil beragam, dengan Dow Jones mengakhiri penurunan terpanjang sejak 1974 meski mencetak kenaikan tipis pada Kamis. Namun, indeks S&P 500 dan Nasdaq terus tertekan akibat prospek suku bunga tinggi yang berkepanjangan, membawa kerugian besar di sektor teknologi. Fed hanya memproyeksikan dua kali pemangkasan suku bunga pada 2025, berbeda dari perkiraan sebelumnya yang mencakup empat kali pemangkasan. Sementara itu, inflasi tetap menjadi perhatian utama, dengan target 2% masih sulit tercapai dalam waktu dekat.

Analisis Pengaruh Terhadap Dollar AS:

  • Penguatan dolar didukung oleh perbedaan kebijakan moneter global, dengan Federal Reserve yang cenderung lebih hati-hati dalam memangkas suku bunga dibandingkan bank sentral lainnya. Data PDB yang solid dan klaim pengangguran yang lebih rendah memperkuat fundamental ekonomi AS, memberikan alasan bagi investor untuk tetap mendukung dolar.

Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga Dollar AS menguat.

Analisis Pengaruh Terhadap Indeks Saham AS:

  • Wall Street menghadapi tekanan akibat prospek suku bunga yang tetap tinggi lebih lama, mengurangi daya tarik aset berisiko. Penurunan tajam pada sektor teknologi memperburuk sentimen, meskipun Dow Jones mencatat sedikit pemulihan dari penurunan beruntun. Ketidakpastian kebijakan moneter terus membayangi pasar saham.

Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga indeks saham AS melemah.

Emas Pulih Tipis di Tengah Ketidakpastian Kebijakan Fed dan Politik AS.

  • Harga emas naik 0,20% pada Kamis, didorong oleh data ekonomi AS yang positif dan prospek kebijakan Fed yang lebih hati-hati, meskipun tetap dibayangi ketidakpastian tahun 2025.

  • Potensi penutupan pemerintahan akibat kebuntuan pagu utang meningkatkan daya tarik emas sebagai aset safe haven di tengah ketegangan politik dan prospek suku bunga rendah.

Harga emas mencatat kenaikan tipis sebesar 0,20% pada Kamis, memperbaiki sebagian kerugian dari hari sebelumnya setelah keputusan Federal Reserve untuk bersikap lebih bertahap dalam pemangkasan suku bunga. XAU/USD diperdagangkan di $2.588, setelah mencapai titik tertinggi harian di $2.626. Data ekonomi AS mendukung sentimen pasar, dengan klaim pengangguran menurun dan PDB tumbuh 3,1% YoY pada kuartal ketiga. Namun, pandangan divergen dalam Federal Open Market Committee (FOMC), seperti yang ditunjukkan oleh suara Beth Hammack yang menolak pemangkasan suku bunga, memicu perdebatan mengenai arah kebijakan tahun 2025.

Ketidakpastian politik juga membayangi pasar, dengan potensi penutupan pemerintahan AS akibat kebuntuan pagu utang. Presiden terpilih Donald Trump dan Ketua DPR AS Johnson disebut merancang rencana penghentian pendanaan federal baru, termasuk bantuan bencana dan perpanjangan undang-undang pertanian. Situasi ini meningkatkan daya tarik emas sebagai aset safe haven di tengah ketidakpastian politik dan prospek suku bunga rendah, memberikan dukungan tambahan untuk harga logam mulia.

Fokus pasar minggu ini akan tertuju pada data Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) inti, indikator inflasi utama Fed, dan Sentimen Konsumen Universitas Michigan. Kedua laporan ini diharapkan memberikan petunjuk lebih lanjut tentang prospek kebijakan moneter Fed dan pengaruhnya terhadap emas, terutama di tengah ketegangan geopolitik dan ekonomi domestik yang terus berlanjut.

Analisis Pengaruh Terhadap Harga Emas:

  • Harga emas didukung oleh ketidakpastian politik di AS terkait potensi penutupan pemerintahan, yang meningkatkan daya tariknya sebagai aset safe haven. Selain itu, prospek kebijakan moneter yang lebih longgar oleh Federal Reserve pada tahun 2025 memberikan dukungan terhadap emas.

Secara keseluruhan berpengaruh harga emas menguat.

Harga Minyak Turun di Tengah Kekhawatiran Permintaan Lemah pada 2025.

  • Harga minyak melemah akibat kehati-hatian bank sentral terhadap pelonggaran moneter dan penguatan dolar AS, yang memicu kekhawatiran tentang permintaan minyak yang lebih lemah pada 2025.

  • Pasar minyak diperkirakan mengalami surplus 1,2 juta barel per hari tahun depan, didukung oleh perlambatan ekonomi global, melemahnya permintaan China, dan transisi energi.

Harga minyak mentah melemah pada Kamis setelah bank sentral di AS dan Eropa mengisyaratkan pendekatan hati-hati terhadap pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut, memicu kekhawatiran tentang aktivitas ekonomi yang dapat melemahkan permintaan minyak tahun depan. Minyak mentah Brent turun 51 sen atau 0,7% menjadi $72,88 per barel, sementara minyak mentah WTI AS untuk pengiriman Januari turun 67 sen atau 1% menjadi $69,91 per barel. Kenaikan dolar AS ke level tertinggi dua tahun juga menambah tekanan pada harga minyak, menjadikannya lebih mahal bagi pembeli dengan mata uang lain.

Surplus pasokan diperkirakan mendominasi pasar minyak pada 2025, dengan analis JP Morgan memproyeksikan pasokan melampaui permintaan sekitar 1,2 juta barel per hari. Selain itu, perlambatan ekonomi global, termasuk melemahnya ekonomi China dan transisi energi, membebani permintaan minyak. Raksasa energi Sinopec memperkirakan konsumsi minyak China akan mencapai puncaknya pada 2027. Meskipun stok minyak mentah AS turun sebanyak 934.000 barel dalam seminggu hingga 13 Desember, jumlah tersebut masih di bawah perkiraan penurunan sebesar 1,6 juta barel, membatasi dukungan bagi harga minyak.

Sanksi AS terhadap entitas Iran memberikan dampak minimal terhadap harga minyak, meskipun langkah tersebut mencerminkan ketegangan geopolitik yang sedang berlangsung. Pasar juga mencermati kebijakan energi potensial dari Presiden terpilih Donald Trump, yang berjanji untuk menindak ekspor minyak Iran. Namun, analis menilai kebijakan tersebut kecil kemungkinannya untuk memicu lonjakan harga minyak secara signifikan. Harga minyak Brent diperkirakan rata-rata sekitar $73 per barel pada 2025, menurut survei dari 11 pialang yang dihimpun Reuters.

Analisis Pengaruh Terhadap Harga Minyak:

  • Kebijakan Moneter yang Hati-hati: Bank sentral AS dan Eropa menunjukkan pendekatan hati-hati terkait pelonggaran kebijakan moneter, yang menambah kekhawatiran tentang potensi melemahnya aktivitas ekonomi dan permintaan minyak di tahun depan.

  • Penguatan Dolar AS: Kenaikan dolar AS ke level tertinggi dua tahun menambah tekanan pada harga minyak, menjadikannya lebih mahal bagi pembeli dengan mata uang lain, yang berpotensi mengurangi permintaan.

  • Surplus Pasokan pada 2025: Analis memperkirakan pasokan minyak akan melebihi permintaan sekitar 1,2 juta barel per hari pada 2025, yang memberikan tekanan negatif pada harga minyak.

Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga minyak melemah.

Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini

ECONOMIC CALENDAR
Real Time Economic Calendar provided by Investing.com.

Terdapat laporan data fundamental dari AS hari ini yaitu: 

Core PCE Price Index Indeks ini mengukur perubahan harga barang dan jasa di AS.

Dari agenda tersebut dapat mendorong perubahan harga signifikan dan sentimen terhadap harga USD.

Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.

Data Core PCE Price Index Indeks ini mengukur perubahan harga barang dan jasa di AS. rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk USD.

Perkiraan :

Data Core PCE Price Index (MoM) (Nov) lebih rendah dari data sebelumnya.

Data Core PCE Price Index (YoY) (Nov) lebih tinggi dari data sebelumnya. 

Share on: