Dolar AS Menguat, Prediksi Tetap Stabil Hingga 2025.
Didukung pandangan hawkish Federal Reserve, ekspektasi lebih sedikit pemotongan suku bunga, dan risiko tarif, dolar mencetak rekor tertinggi baru, sementara pelemahan lebih signifikan diperkirakan terbatas hingga 2025.
Data inflasi PCE lebih rendah dari perkiraan memicu penguatan Dow Jones dan indeks lainnya, serta meningkatkan peluang pemotongan suku bunga Fed pada Maret 2025.
Dolar AS mencetak rekor tertinggi baru tahun ini terhadap mata uang utama lainnya, didorong oleh pandangan hawkish Federal Reserve pada pertemuan Desember. Analis UBS menyatakan dalam laporan terbaru bahwa meskipun pelemahan dolar masih diantisipasi, pelemahan tersebut kemungkinan lebih terbatas pada tahun 2025. Penguatan dolar didukung oleh ekspektasi lebih sedikit pemotongan suku bunga Fed dan risiko tarif yang membayangi, sementara Euro diprediksi bertahan di level $1,05 pada paruh pertama 2025, dengan ancaman penurunan ke paritas masih menjadi risiko jangka pendek.
Pasar saham AS juga menunjukkan penguatan signifikan, dengan Dow Jones Industrial Average naik 497 poin pada hari Jumat, setelah data inflasi yang lebih rendah dari perkiraan meredakan kekhawatiran investor terhadap potensi agresivitas Fed. Indeks S&P 500 dan NASDAQ masing-masing naik 1,1%, menandakan pemulihan setelah pekan yang penuh volatilitas. Data Personal Consumption Expenditures (PCE), ukuran inflasi utama pilihan Fed, naik 2,4% secara tahunan pada November, sedikit di bawah perkiraan 2,5%, memberikan harapan bahwa tren inflasi dapat terus mereda.
Morgan Stanley memproyeksikan PCE inti akan melanjutkan tren penurunan pada kuartal pertama 2025, membuka peluang pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Maret. Dengan perbedaan imbal hasil antara AS dan Eropa yang berpotensi menyempit, para analis memperkirakan EUR/USD dapat kembali ke kisaran $1,08-$1,10 di semester kedua 2025, didukung oleh perbaikan data makro dari Eropa.
Analisis Pengaruh Terhadap Dollar AS:
- Dolar AS mendapat dukungan dari pandangan hawkish Federal Reserve terkait ekspektasi lebih sedikit pemotongan suku bunga.
- Risiko tarif dan stabilitas ekonomi AS meningkatkan daya tarik dolar sebagai safe haven.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga Dollar AS menguat.
Analisis Pengaruh Terhadap Indeks Saham AS:
Data inflasi PCE yang lebih rendah dari perkiraan meredakan kekhawatiran investor terhadap agresivitas Fed, mendorong rebound indeks saham seperti Dow Jones, S&P 500, dan NASDAQ.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga indeks saham AS melemah.
Emas Menguat Moderat Setelah Penurunan Tajam.
Data inflasi PCE AS yang lebih rendah dari perkiraan melemahkan dolar, memberikan dukungan moderat untuk emas, meskipun logam mulia masih sulit menjauh dari posisi terendah satu bulan.
Revisi ke atas PDB AS dan klaim pengangguran yang lebih rendah memperkuat pandangan hawkish Federal Reserve, membatasi potensi penguatan signifikan pada emas.
Harga emas (XAU/USD) mencatat penguatan moderat pada Jumat setelah aksi jual tajam di awal pekan. Penurunan Dolar AS akibat data inflasi PCE yang lebih rendah dari perkiraan memberikan dukungan sementara bagi logam mulia, meskipun emas masih sulit menjauh dari posisi terendah satu bulan yang dicapai sebelumnya. Data PCE menunjukkan inflasi hanya meningkat 0,1% pada November, di bawah ekspektasi 0,2%, sementara inflasi tahunan naik tipis ke 2,4% dari 2,3%, tetap di bawah proyeksi pasar sebesar 2,5%.
PCE inti juga mencatat pelambatan, naik hanya 0,1% dibandingkan 0,3% bulan sebelumnya, dengan inflasi tahunan tetap stabil di 2,8%, sedikit di bawah proyeksi pasar sebesar 2,9%. Data ini menekan Dolar AS dan mendukung ekspektasi pelonggaran kebijakan Fed dalam jangka panjang, meskipun penguatan signifikan pada emas masih terbatas oleh ketidakpastian ekonomi global.
Sebelumnya, revisi ke atas pada PDB AS kuartal ketiga dan data klaim pengangguran yang lebih rendah dari perkiraan memperkuat pandangan hawkish Federal Reserve untuk tahun 2025. Dengan latar belakang ini, emas berpotensi terus dipengaruhi oleh sentimen pasar terhadap prospek suku bunga AS dan kekuatan dolar.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Emas:
Revisi ke atas PDB AS dan data klaim pengangguran yang solid mendukung pandangan hawkish Federal Reserve, meningkatkan ekspektasi suku bunga tinggi lebih lama. Ini membebani daya tarik emas karena imbal hasil obligasi AS yang lebih kompetitif.
Secara keseluruhan berpengaruh harga emas melemah.
Harga Minyak Stabil di Tengah Kekhawatiran Permintaan dan Kebijakan Moneter.
Prospek permintaan minyak melemah, terutama dari China, yang memperkirakan puncak konsumsi minyak pada 2027, sementara OPEC+ terus merevisi turun pertumbuhan permintaan global untuk 2024.
Surplus pasokan diproyeksikan pada 2025 seiring peningkatan produksi non-OPEC+, sementara G7 mempertimbangkan memperketat batas harga minyak Rusia, menambah tekanan pada pasar energi.
Harga minyak mentah Brent naik tipis 6 sen menjadi $72,94 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) menguat 8 sen ke $69,46 per barel pada Jumat. Meski begitu, kedua acuan harga minyak mengakhiri pekan dengan penurunan sekitar 2,5%, dipengaruhi kekhawatiran pasar terhadap permintaan minyak China dan ekspektasi kebijakan moneter AS. Data inflasi AS yang melambat mendorong pelemahan dolar, membuat minyak lebih terjangkau bagi pemegang mata uang lainnya, tetapi sentimen positif ini tertahan oleh prospek permintaan global yang melemah.
China, melalui laporan Sinopec, memproyeksikan puncak konsumsi minyak pada 2027, sementara impor minyak mentah diperkirakan memuncak lebih awal pada 2025 akibat menurunnya permintaan diesel dan bensin. Di sisi lain, OPEC+ tetap fokus pada disiplin pasokan di tengah revisi turun berulang kali terhadap pertumbuhan permintaan minyak global untuk 2024. JPMorgan memperkirakan pasar minyak global akan bergerak menuju surplus pada 2025, seiring peningkatan pasokan non-OPEC+ sebesar 1,8 juta barel per hari, sementara produksi OPEC diproyeksikan stabil.
Langkah geopolitik juga menambah dinamika pasar minyak, termasuk potensi tarif AS terhadap Uni Eropa terkait perdagangan energi, serta pertimbangan G7 untuk memperketat batasan harga minyak Rusia. Rusia telah memanfaatkan “armada bayangan” untuk menghindari batas harga $60 per barel yang diberlakukan sejak 2022, mendorong sanksi tambahan dari Uni Eropa dan Inggris. Di tengah situasi ini, investor menunjukkan optimisme dengan peningkatan posisi net long pada minyak mentah berjangka, menurut laporan CFTC terbaru.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Minyak:
Kekhawatiran Permintaan Global: Proyeksi permintaan yang lebih lemah, terutama dari China, serta revisi turun oleh OPEC+ terhadap pertumbuhan permintaan minyak global untuk 2024, memberikan tekanan pada harga minyak.
Surplus Pasokan yang Diharapkan: Proyeksi surplus pasokan pada 2025, terutama karena peningkatan produksi non-OPEC+, menunjukkan pasokan yang lebih besar dari permintaan, yang dapat menekan harga.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga minyak melemah.
Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini
Terdapat laporan data fundamental dari AS hari ini yaitu:Â
- GDP (YoY) adalah perbandingan pertumbuhan ekonomi tahun ini dengan tahun lalu pada periode yang sama (Q3 2024 vs Q3 2023). Nilai 1.0% artinya ekonomi Inggris tumbuh 1% dibanding tahun lalu.
- GDP (QoQ) adalah perbandingan pertumbuhan ekonomi antar kuartal (Q3 vs Q2 2024). Nilai 0.1% menunjukkan pertumbuhan ekonomi Inggris melambat dibanding kuartal sebelumnya.
CB Consumer Confidence adalah survei yang dilakukan Conference Board untuk mengukur tingkat optimisme konsumen AS terhadap kondisi ekonomi. Survei mencakup kondisi bisnis, lapangan kerja, dan pendapatan rumah tangga.
Dari agenda tersebut dapat mendorong perubahan harga signifikan dan sentimen terhadap harga USD.
Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.
Data GDPÂ rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk GBP. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk GBP.
Data CB Consumer Confidence rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk USD.
Perkiraan :
Data GDP (QoQ) (Q3) lebih rendah dari data sebelumnya.
Data GDP (YoY) (Q3) lebih rendah dari data sebelumnya.Â
Data CB Consumer Confidence (Dec) lebih tinggi dari data sebelumnya.